Kamis, 27 April 2017

REVIEV FILM SOE HOEK GIE


Hai bloggers , selamat malam. Pada kesempatan kali ini, kami ingin membahas tentang review film yang berjudul “GIE”. Film ini disutradarai oleh Riri Riza yang mana sekaligus penulis film tersebut dan juga diproduseri oleh Mira Lesmana. Film yang ditayangkan pada tahun 2005 ini menceritakan seorang aktivis mahasiswa muda Indonesia keturunan Tionghoa yang bernama Soe Hok Gie. Film ini sendiri diangkat dari sebuah buku karya beliau yang berjudul “ Catatan Seorang Demonstran”. Sebuah buku yang diterbitkan pertama kali tahun 1983-an yang mana merupakan rekaman hidup nyata diri Soe Hok Gie yang dicatat dalam buku hariannya.
 
Pertama saya akan membahas latar belakang dari Gie, ia adalah anak keempat dari lima saudara. Ayahnya bernama Soe Lie Pit yang mengganti namanya menjadi Salam sutraman dan Ibunya bernama Nio Hoe An. Kakaknya yang paling mendominasi di film ini bernama Soe Hoe Djin yang mengikuti ayahnya untuk mengganti nama menjadi Arief Budiman. Gie lahir di Djakarta pada tanggal 17 Desember 1942 dan wafat tepat sehari sebelum ia genap berumur 27 tahun di puncak Gunung Semeru.
Gie kecil ( Jonathan Muliaa ) bersekolah di Sekolah Dasar Sinhwa saat umurnya kira-kira 5 tahun, dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama Strada Gambir. Sedari kecil hobi Gie adalah membaca buku karya-karya sastra bahkan ia pernah membaca buku langka karangan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “ Cerita dari Blora “. 

Gie dikenal sebagai anak yang tak segan untuk mengeluarkan pendapatnya kepada siapa saja. Hal ini tidak terkecuali kepada gurunya di sekolah. Saat di kelas ia berbeda pendapat dengan gurunya, Gie tetap gigih bahwa ia benar namun hal tersebut malah membuatnya harus menerima nilai ulangannya dikurangi 3 poin. Dari yang awalnya bernilai 8 menjadi bernilai 5, selain itu ia juga dihukum atas perbuatannya melawan perkataan gurunya tersebut.
Gie sangat tidak terima akan hal tersebut karena menurutnya itu sangat tidak adil terlebih lagi ia menemukan bukti bahwa gurunya tersebut membantu keponakannya untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Gie merasakan hal itu tidaklah benar , ia pun melakukan protes kepada Kepala Sekolahnya tersebut namun hal itu malah membuatnya harus mengulang kelas kembali. Setelah menerima kabar bahwa ia diharuskan mengulang kelas, ia semakin merasa bahwa ia harus mengadakan koreksi habis-habisan kepada guru yang tidak tahan kritik. Karena menurutnya guru bukanlah dewa dan selalu benar dan murid bukan kerbau. Ia bersama temannya yang bernama Han ( Christian Audy ) seusai pulang sekolah pun mengikuti guru tersebut untuk melakukan aksi protesnya namun setelah sampai di dekar rumah gurunya tersebut. Dan melihat kejadian dimana kondisi rumah gurunya sangatlah tidak layak untuk ukuran seorang yang berprofesi guru terlebih anak-anak nya masih sangat kecil. Hati Gie tergerak saat melihat apa yang ia saksikan, hal tersebut membuatnya membatalkan aksi protes itu. Karena bagi Gie tidaklah pantas menindas warga kecil yang tidak berkehidupan yang layak. 

Hasil gambar untuk film gie
Sejak saat itu Gie memutuskan untuk pindah sekolah dan ia semakin rajin belajar dan membaca buku, bahkan ia semakin sering berkunjung ke perpustakaan umum.
Masuk kepada Masa peralihan ( Gie kecil yang sudah menjadi dewasa )
Setelah Gie lulus dari masa SMA di Kollese Kanisius, ia melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dari tahun 1962 – 1969. Ia adalah mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Sejarah. Selama kurun waktu sebagai mahasiswa Gie menjadi mahasiswa aktif di kampusnya yang memprotes Presiden Soekarno dan PKI. Masa remaja dan kuliah Gie di jalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang di tandai dengan konflik antara militer dengan PKI.
Era tahun 1963-an
Pada suatu hari Gie bersama dengan teman-teman kampusnya yang lain tengah membahas tentang harga-harga yang semakin membumbung naik & membuat kaum kapitalis semakin lahap memakan rakyat. Gie mengajak teman-temannya untuk bertindak sesuatu karena ia beranggapan bahwa seorang sarjana bertugas untuk berfikir & mencipta yang baru dan membebaskan masyarakat dari kekacauan, tetapi tidak melepaskan fungsi sosialnya yakni bertindak demi tanggung jawab sosial.
Masih di tahun 1963, saat diskusi dengan Eksponen Partai Sosial Indonesia yang di larang Gie di temui oleh Pak Ben. Ia adalah seorang dimsos anggota dari aktivis gerakan yang di pimpin tokoh mantan pejabat Sumitro namanya. Karena semangat memberontakanya ia kini mengasingkan diri ke luar negeri. Pak Ben meminta Gie untuk masuk dalam kampanyenya yang berbentuk underground publication/underground catalog publication yang kegiatannya mengumpulkan gagasan intelek-intelek muda untuk di jadikan sebuah kumpulan tulisan berkala. Tujuannya adalah pembentukan opini tentang pembentukan bangsa ini dan gerakan ini merupakan gerakan murni tidak memihak organisasi manapun. Namun pada saat itu Gie belum memutuskan apakah akan menolak atau menerima tawaran tersebut.
Kemudian pada suatu hari Gie pernah diminta untuk bertemu dengan Presiden Soekarno sebagai anggota pemuda delegasi-delegasi yang setuju dengan asimilasi dan meminta restu dari beliau. Sebenarnya pada saat itu Gie tidak menyukai Soekarno karena masa pemerintahannya banyak ketidakadilan & kotor. Namun Gie tetap menghadiri acara tersebut & menemui Soekarno.
Era tahun 1964-an
Pada suatu hari Gie bertemu dengan Han yaitu teman masa kecil Gie. Mereka banyak mengobrol dan membicarakan revolusi tentang situasi tegang antara militer & PKI yang saat itu Soekarno cukup dekat dengan PKI dan pada saat itu ternyata di ketahui bahwa Han telah bergabung dengan PKI. Han pun menyarankan Gie masuk salah satu organisasi namun Gie menolak karena ia tidak ingin masuk organisasi manapun dan memilih bersikap netral. Gie pun menyarankan Han untuk keluar dari organisasi manapun & bersikap netral namun Han pun menolaknya.  
 
Pada tahun yang sama juga Gie kembali menemui Pak Ben dan Gie memutuskan untuk bergabung dan menyerahkan beberapa lembar gagasannya dan dari sinilah Gie mulai banyak menulis gagasannya.
Era tahun 1965-an
Suatu hari Gie menyarankan Herman untuk mencalonkan diri di senat yang akhirnya mereka terpilih. Dan mereka mengisi kegiatan senat dengan kegiatan MAPALA ( Mahasiswa Pecinta Alam).  
Setelah lama berjaya dalam senat dan beberapa lama berjalan terjadi kesalahpahaman yang terjadi diantara mahasiswa tentang MAPALA. Yang pada akhirnya MAPALA dituntut dibubarkan. Setelah MAPALA dibubarkan, temannya Gie yang bernama Herman bernanya: Kenapa Gie harus ngelakuin perlawanan ini?  yang dijawab oleh Gie dengan “ Kita punya pemimpin, kita punya bapak yang kita akui sebagai founding father di negeri ini. Tapi bukan berarti dia punya kekuatan absolut untuk menetukan hidup kita.  Apalagi kita sadar bahwa ada keselewengan, ketidak adilan. Sederhananya, ingin ada perubahan supaya Indonesia lebih baik.  Satu -satunya cara adalah Sukarno harus jatuh.
Pada 1 oktober 1965
Ahmad Yani diculik ( kejadian ini dikenal dengan tragedi G30SPKI). Setelah mendengar kabar bahwa Ahmad Yani diculik,  Gie langsung pergi ketempat Sunarto. Yang kemudian Sunarto mengajak Gie untuk bertemu dengan Wijono. Akibat penculikan ini banyak orang - orang  berpikir kalo ini perbuatan PKI.  Kemudian pada saat itu juga, di dalam ABRI ada tingkatan level / dua blok.  Yang pertama anti komunis,  yang kedua pengaruh unsur komunis. Yang mana Sukarno lebih condong pada pilihan yang ke 2. Karena menurut Sukarno PKI lebih mengimbangi daripada ABRI.
 Malam harinya Gie mendatangi rumah Han.  Dia menyuruh Han untuk menyembunyikan atau membakar hal - hal yang berbau PKI, hal tersebt Gie lakukan karena ia melihat bendera & berkas - berkas PKI.  Gie menyuruh Han untuk pergi dari rumahnya tapi Han menolak karena ia memiliki tantenya yang sakit dan sudah tua yang tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.
Januari 1966
Dalam usaha untuk menjatuhkan pengaruh kelompok anti komunis, pemerintah Sukarno membuat politik kenaikan harga, sasarannya jelas membuat rakyat untuk tidak lagi berpikir tentang penumpasan PKI. Terus organisasi - organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa  Indonesia (KAMI), organisasi itu turun ke jalanan dengan tuntutan salah satunya untuk membubarkan PKI.  Lalu mahasiswa UI melakukan demo di depan gedung menteri minyak dan gas bumi dan beberapa perwakilan mahasiswa masuk ke ruang menteri dan akhirnya menandatangani perjanjian, kemudian menteri tersebut dibawa keluar gedung untuk menemui mahasiswa lainnya.  
Hasil gambar untuk film gie
Setelah itu semua berjalan dengan lancar. Dan beberapa tahun setelahnya, Gie akhirnya lulus kuliah kemudian menjadi dosen di almamaternya.
Pada suatu malam Gie bermimpi tentang Han dan membuatnya berencana mengunjungi kembali rumah Han yang ternyata sudah kosong setelah terjadi razia PKI. Setelah itu, Gie mengunjungi tante Han yang berada di sebuah panti jompo. Ia mendapatkan informasi bahwa Han terkena razia PKI dan membuat Han ditangkap kemudian dipenjarakan.
Di akhir tahun 1965 sekitar 80.000 jiwa dibunuh di Bali. Terjadi pembakaran – pembakaran rumah, juga pemerkosaan.  Disekitar tahun 1969, Gie diikuti orang di jalanan kemudian kantor radio UI dihancurkan, pada malam harinya saat turun dari angkutan umum, Gie hampir diserempet mobil dan dilempari kertas yang bertuliskan TJINA & PKI = MATI. Hal tersebut dikarenakan kritikan keras yang dilakukan oleh Gie baik dalam radio maupun surat harian. Hal ini terjadi  karena  Gie terlalu berambisi dalam mengkritik pemerintahan di Indonesia melalui surat-surat kabar dan radio.
Pada hari jum'at, 12 Desember 1969. Gie dan teman-teman sudah berkumpul di Statsiun Kereta Api Gambir. Mereka bermaksud mendaki puncak Mahameru, kali ini adalah pendakian pertama bagi Mapala mendaki puncak tertinggi di pulau Jawa itu. Pagi itu, 16 Desember 1969, langit masih setengah gelap, rombongan siap berangkat. Dalam perjalanan, cuaca buruk yang penuh hujan dan gerimis bercampur kabut. Hok Gie lalu bergegas turun, mungkin berbarengan dengan Tides. Sambil berteriak dan turun, Tides menyuruh untuk segera turun karena cuaca tidak bagus. Bau uap sangata menyengat membikin sesak kantong udara di paru-paru. Entah berapa puluh menit berlalu, cuaca belum betul-betul gelap. Lamat-lamat terdengar suara geruduk guliran batu pasir. Terlihat Fredy dan Herman meluncur turun, tanpa Hok Gie dan Idhan.
Herman datang duluan. Sambil mengempaskan diri ke tenda darurat, dia langsung melapor ke Tides. "Hok Gie dan Idhan meninggal, mereka tiba-tiba kejang dan tidak bergerak." Kata Herman dalam keadaan panik. Gie mendaki Gunung Semeru dan tepat pada tanggal 16 desember 1969 sehari sebelum genap berumur 27 tahun, dan Gie meninggal dunia yang disebabkan oleh gas beracun.

24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Pada Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango. 



Kemudian di puncak Gunung Mahameru terdapat sebuah plakat baja untuk mengenang pecinta alam yang sudah berjasa semasanya. Di plakat lempengan baja tersebut tertulis IN MEMORIAM SOE HOK GIE & IDHAN LUBIS, lengkap dengan sebuah puisi. Berikut puisi yang tertulis dalam plakat tersebut:
Yang mencintai udara jernih
Yang mencintai terbang burung-burung
Yang mencintai keleluasaan dan kebebasan
Yang mencintai bumi
Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung
Mereka tengadah dan berkata,
ke sanalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis pergi
Kembali ke pangkuan bintang-bintang
Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi
Sementara sapu tangan menahan tangis
Sementara Desember menabur gerimis
Plakat lempengan baja ini pertama kali dibuat tahun 1970 oleh Herman Lantang, kemudian diubah tahun 1989, lalu tahun 2002 di ubah oleh Indonesia Green Ranger. Plakat tersebut seolah menjadi magnet yang mengundang para pendaki dan pecinta alam dari berbagai daerah, bersemangat untuk menapakkan kaki di puncak Mahameru.  Plakat tersebut diturunkan pada 16 Desember 2012. Setelah diturunkan dari ketinggian 3.676 mdpl, plakat tersebut dikabarkan disimpan oleh pegiat alam bebas Indonesia Green Ranger yang didirikan oleh Idhat Lubis yang tak lain adalah kakak almarhum Idhan Lubis.
Pelajaran yang dapat kita petik dari film yang merupakan kejadian nyata ini adalah bahwa seberapa keras ketidak adilan yang kita alami, kita dapat menuntut itu walau kita hanya berjuang sendirian tanpa ada yang membela. Seperti yang terjadi di dalam film, menampilkan banyak orang-orang mendukung Gie dalam menyuarakan suara rakyat Indonesia yang tidak terdengar namun setelah itu mereka tidak lagi mendukungnya yang disebabkan kekuasaan lah yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadilan yang ada di negeri ini. Ia harus dijauhin oleh teman-teman yang sebelumnya mendukung terang-terangan untuk menjatuhkan pemerintahan yang otoriter ini sampai mengalami kesendirian yang sejati hingga akhir hidupnya. Cita-cita Gie tentang Pemerintahan Indonesia yang bersih dari korupsi dan kehidupan politik yang tidak berpihak pada golongan, ras atau agama sampai saat inipun belum terwujud. Dan ini adalah tugas kita sebagai warga negara Indonesia untuk melanjutkan cita-cita yang telah lama Gie harapkan demi negara kita tercinta ini.
Gambar terkait
Sekian review yang dapat kami berikan, mohon maaf jika ada kesalahan dalam pemahaman atau kata-kata yang kami lakukan. Semoga ada manfaat yang kalian dapatkan dari blog kami. Selamat malam, teman-teman.






 - Lindawati -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar